Senin, 26 Maret 2012

sejarah persatuan Islam (PERSIS)


SEJARAH PERSIS (PERSATUAN ISLAM)
Persatuan Islam (persis) merupakan organisasi Islam di Indonesia yang mempunyai tujuan utama untuk memberlakukan hukum Islam  berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis di masyarakat.Persis di dirikan di Bndung pada tanggal 17 September 1923 oleh KH Zamzam, yang berasal dari Palembang. Organisasi ini berusaha keras untuk mengembalikan kaum muslimin kepada Al-Qur’an dan Hadis,menghidupkan Jihad dan Ijtihad,membasmi bid’ah khurafat, takhayul, taklid dan syirik, memperluas tablig dan dakwah Islam kepada segenap masyarakat, mendirikan pesantren dan sekolah untuk mendidik kader Islam.Persis mempunyai dewan Hisah yang bertugas menyelidiki dan menetapkan hukum Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis,kemudin mewajibkan Pusat Pimpinan untuk menyiarkannya. Persis dengan mubalignya yang berpikiran modern dan tajam lidah telah menggemparkan dunia Islam dalam membasmi bid’ah.Baanyak ulama yang dibangunkan dri tidurnya daan kembali menunaikan kewajibannya menyelesaikan masalah-masalah kemasyarakatan dan di kemudian hari melahirkan pemimpin-pemimpin Islam yang berwatak.
Organisasi ini semakin memperlihatkan bentuknya  yang jelas setelah masuknya Ahmad Hasan pada tahun 1926 dan Mohammad Natsir pada tahun 1927. Organisasi ini menerbitkan risalah dan majalah, antara lain Pembela Islam (1929-935), al-Fatawa(1933-1935), Soal Jawab(1931-1940), al-Lisan(1935-942) ,at-Taqwa (dalam bahasa Sunda 1937-1941), Lasykar Islam (1937), dan al-Hikmah (1939).
Pada tahun 1940 Ahmad Hasan beserta 25 muridnya pindah ke Bangil, Jawa Timur , dan Pesantren yang ada di Bandung di lanjutkan oleh KH E.Abdurrahman. Pada masa penjajahan Jepang,organisasi ini kurang berkembang karena menentang kebijaksanaan penjajah yang menyuruh melakukan Sei kerei,yaitu memberi hormat kepada kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan 90o kea rah Tokyo.
Pada tanggal 8 november 1945, Persis turut membidani lahirnya Masyumi di Yogyakarta,sebagai wadah politik umat Islam di Indonesia.Persis menjadi anggota istimewa di dalam Masyumi di samping Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Sejak itu,Persis aktif di bidang politik. KH Isa Anshari sebagai ketua Persis pada waktu itu di tunjuk sebagai ketua partai Masyumi wilayah Jwa Barat (1950-1954), dan pernah pula di tunjuk sebgai anggota Dewan Pimpinan Masyumi tahun 1954-1960. Sejak Masyumi membubarkan diri pada tanggal 13 September 1960,Persis tidak aktif lagi di bidang politik.Mengeluarkan Tausiah (fatwa) yang melarang semua anggota dan pesantren serta Ustadz untuk aktif di bidang politik praktis.
Pada masa kepemimpinan KH Isa Anshari, ia dapat mempersatukan Ahmad Hasan, pimpinan Pesantren Bangil, dengan KH E.Abdurrahman ,pimpinan Pesantren Persis Bandung, sehingga pemikiran mereka bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi kebijaksanaan yang hendak di ambil. Ketika Ahmad Hasan wafat,kepemimpinan Pesantren Bangil di serahkan kepada putranya A.Qadir Hasan, KH E.Abdurrahman menjadi ketua umum Persis,dengan merangkap sebagai pimpinan Pesantren Bandung.
Beberapa pemikiran dasar Persis dalam masalah-masalah berikut adalah:
1)      Sumber pokok ajaran: Al-Qur’an dan hadis
2)      Teologi: Allah mempunyai sifat yang 13
3)      Fiqih: tidak berdasarkan suatu mahzab,tetapi berdasarkan Al-Qur’an dan hadis
4)      Akhlak: berdasar Al-Qur’an dan hadis
5)      Filsafat: paduan ayat Al-Qur’an tentang ketuhanan alam semesta dan manusia dengan pendapat ahli modern
6)      Tasawuf: tidak jauh menyimpang dari rasio yang sangat di perlukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
7)      Tarikh: zaman Rasulullah SAW dan al-Khulafa’ ar-Rasyidin adalah masa yang di anggap menggmbarkan Islam yang sebenarnya